Sport
Israel Gempur Suriah Sinyal Baru Konflik Berkepanjangan Di Timur Tengah
Israel Gempur Suriah Sinyal Baru Konflik Berkepanjangan Di Timur Tengah

Israel melancarkan serangkaian serangan udara yang mengejutkan terhadap beberapa lokasi militer di Suriah Pada pertengahan Juli 2025. Termasuk ibu kota Damaskus dan provinsi Suwayda, dalam apa yang di sebut sebagai bentuk intervensi yang jarang terjadi terhadap militer rezim Suriah. Serangan ini di picu oleh konflik internal di Suwayda, antara milisi Druse dan suku Badui, yang menewaskan ratusan orang dan memicu kekhawatiran meningkatnya ancaman terhadap minoritas Druse di dekat Golan Heights yang di duduki Israel.
Target serangan mencakup fasilitas strategis militer Suriah seperti Markas Komando Umum dan Gedung Kementerian Pertahanan di Damaskus, serta pasukan yang bergerak menuju kota Suwayda. Israel mengklaim serangan ini bertujuan untuk melindungi komunitas Druse dari kekerasan yang sering berbasis sektarian dan untuk mencegah militer Suriah. Memperluas kendali ke wilayah selatan, dekat perbatasannya .
Reaksi internasional terhadap tindakan Israel sangat kuat. Negara-negara regional seperti Yordania, Irak, dan Mesir mengutuk serangan tersebut sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah dan memperingatkan bahwa langkah ini bisa mengguncang stabilitas kawasan . Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat juga menyuarakan keprihatinan; AS menyoroti perlunya Israel menghentikan serangan guna mendukung proses transisi politik Suriah pasca rezim Assad.
Di dalam negeri Suriah, Pemerintah interim yang di pimpin Ahmed al‑Sharaa mengecam keras intervensi Israel. Presiden tersebut menegaskan bahwa tindakan asing tidak akan di terima dan menyerukan persatuan nasional untuk melindungi komunitas Druse—sebuah posisi yang di perkuat oleh pemuka Druse lokal yang menuntut ‘kebebasan dalam kerangka kedaulatan Suriah.
Meskipun telah di umumkan gencatan senjata setelah mediasi komunitas lokal dan ulama, situasi tetap rapuh. Beberapa laporan menyebutkan bahwa meski sementara pertempuran mereda, ketegangan sektarian dan militer masih terpendam, membuat kemungkinan eskalasi tetap terbuka.
Israel Menyatakan Bahwa Serangan Udara Yang Mereka Lancarkan Bertujuan Untuk Melindungi Komunitas Druse
Serangan Israel ke Suriah yang terjadi pada Juli 2025 bukanlah tanpa latar belakang. Awal mula serangan ini bermula dari meningkatnya konflik internal di wilayah Suwayda. Sebuah provinsi di Suriah bagian selatan yang mayoritas penduduknya adalah etnis Druse. Ketegangan ini pecah menjadi bentrokan bersenjata antara kelompok milisi Druse dan milisi suku Badui. Menyebabkan ratusan korban jiwa dan mengancam stabilitas keamanan di perbatasan Suriah-Israel.
Israel Menyatakan Bahwa Serangan Udara Yang Mereka Lancarkan Bertujuan Untuk Melindungi Komunitas Druse yang berdekatan dengan wilayah Dataran Tinggi Golan, sebuah daerah yang telah lama di kuasai Israel sejak Perang Enam Hari tahun 1967. Dalam pernyataannya, militer Israel menyebutkan bahwa pasukan Suriah sedang bergerak menuju Suwayda dan kemungkinan akan mengambil alih wilayah tersebut menggunakan kekerasan. Hal ini memicu kekhawatiran akan adanya pembersihan sektarian atau konflik berskala besar.
Target serangan Israel mencakup markas militer utama di Damaskus, termasuk kompleks Kementerian Pertahanan dan kantor-kantor strategis militer Suriah. Serangan juga menyasar jalur-jalur pasokan militer yang menuju selatan, sebagai upaya mencegah penguatan pasukan pemerintah Suriah di wilayah yang sedang bergejolak tersebut.
Kondisi ini di perparah oleh keruntuhan pemerintahan Bashar al-Assad yang membuka kekosongan kekuasaan di berbagai wilayah Suriah. Ketidakstabilan politik ini menciptakan kekhawatiran bahwa kelompok bersenjata akan mengambil alih kekuasaan secara brutal di wilayah-wilayah minoritas seperti Suwayda.
Dengan dalih kemanusiaan dan perlindungan terhadap kelompok minoritas, Israel memulai serangan udara yang akhirnya mengundang kecaman luas dari dunia internasional. Namun dari perspektif Israel, ini adalah tindakan pencegahan untuk menghindari meluasnya kekacauan ke wilayahnya. Dan menjaga keamanan kawasan perbatasan yang selama ini relatif stabil.
Memicu Beragam Reaksi Internasional
Tindakan militer Israel yang menyerang sejumlah target strategis di Suriah pada Juli 2025 Memicu Beragam Reaksi Internasional, baik dari negara-negara Timur Tengah maupun komunitas global. Serangan ini, yang di klaim Israel sebagai upaya melindungi komunitas minoritas Druse di Suwayda. Justru memunculkan kekhawatiran akan meningkatnya eskalasi konflik regional.
Negara-negara Arab seperti Mesir, Yordania, dan Irak secara tegas mengutuk serangan tersebut. Mereka menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah dan menilai langkah militer Israel berpotensi memicu ketegangan baru di kawasan yang selama ini sudah sarat konflik. Pemerintah Mesir menyatakan bahwa tindakan sepihak seperti ini hanya akan memperburuk kondisi kemanusiaan dan menggagalkan peluang stabilisasi politik di Suriah pasca keruntuhan rezim Assad.
Iran sebagai sekutu lama Suriah, mengecam keras serangan tersebut dan menyebutnya sebagai agresi terang-terangan yang harus di balas. Iran bahkan mengancam akan mendukung penuh pembentukan kembali perlawanan bersenjata di wilayah selatan Suriah, jika Israel melanjutkan operasinya. Sebaliknya, Arab Saudi mengambil sikap lebih hati-hati. Walau tidak menyatakan dukungan terbuka terhadap Israel, Saudi menekankan pentingnya stabilitas regional dan menyerukan penyelesaian damai.
Di pihak Barat, Amerika Serikat menunjukkan reaksi yang ambigu. Di satu sisi, AS mengakui hak Israel untuk membela diri, tetapi di sisi lain mendesak Israel untuk menahan diri, terutama agar proses transisi politik Suriah tidak terganggu. Sementara itu, Uni Eropa menyatakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya kekerasan. Dan menyerukan investigasi independen atas serangan tersebut untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum humaniter internasional.
Beberapa organisasi hak asasi manusia internasional juga mengecam serangan yang menyebabkan korban sipil. Mereka menekankan bahwa alasan “perlindungan komunitas minoritas” tidak dapat menjadi justifikasi bagi tindakan militer lintas batas tanpa mandat internasional.
Serangan Udara Israel Ke Suriah Pada Juli 2025 Membawa Dampak Yang Kompleks Dan Meluas
Serangan Udara Israel Ke Suriah Pada Juli 2025 Membawa Dampak Yang Kompleks Dan Meluas, baik dalam aspek politik, keamanan regional, maupun kemanusiaan. Aksi ini, yang di klaim bertujuan melindungi komunitas Druse di selatan Suriah, justru membuka babak baru ketegangan di Timur Tengah yang sudah lama dihantui konflik.
- Dampak Kemanusiaan
Serangan udara ke Damaskus dan Suwayda menyebabkan puluhan korban jiwa, termasuk warga sipil. Fasilitas publik seperti rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur listrik ikut rusak. Ribuan warga sipil dilaporkan mengungsi ke daerah pegunungan atau menuju perbatasan Yordania, memicu potensi krisis pengungsi baru. Situasi ini memperburuk kondisi kemanusiaan yang sudah genting sejak keruntuhan rezim Bashar al-Assad.
- Ketegangan Diplomatik
Serangan Israel memperuncing hubungan antara Tel Aviv dengan negara-negara Arab, terutama Iran, Lebanon, dan Suriah sendiri. Iran mengancam akan meningkatkan dukungan militer ke milisi-milisi pro-Assad, sementara Hizbullah di Lebanon dilaporkan mulai memobilisasi pasukan di perbatasan. Hal ini meningkatkan risiko bentrokan militer lintas negara yang bisa menyulut konflik berskala lebih besar.
- Ketidakstabilan Regional
Dengan menyerang di tengah kekosongan kekuasaan di Suriah, Israel dinilai mengambil risiko besar terhadap stabilitas regional. Potensi serangan balasan dari kelompok milisi bersenjata yang didukung Iran atau pasukan lokal Suriah dapat menyeret Israel dalam konflik darat di wilayah yang sudah tidak stabil.
- Reaksi Global dan Isolasi Diplomatik
Israel menghadapi tekanan dari komunitas internasional, terutama Uni Eropa dan PBB, yang mendesak penghentian aksi militer unilateral dan penyelidikan independen. Beberapa negara bahkan mempertimbangkan pembekuan kerja sama pertahanan dan sanksi diplomatik terbatas jika serangan terus berlanjut.
Serangan Israel ke Suriah, meski dilandasi alasan keamanan dan perlindungan minoritas, telah memicu eskalasi konflik baru di kawasan. Tanpa pendekatan diplomatik yang seimbang, risiko krisis kemanusiaan dan konflik berkepanjangan akan semakin besar. Itulah tadi beberapa ulasan mengenai Israel.