BeritaMedan24

Berita Hot & Viral Terbaru Hari Ini

News

Tentara Ukraina Tidak Mau Bertempur Melawan Rusia

Tentara Ukraina Tidak Mau Bertempur Melawan Rusia
Tentara Ukraina Tidak Mau Bertempur Melawan Rusia

Tentara Ukraina Tidak Mau Bertempur Melawan Rusia, Sebagian Besar Prajurit AD Ukraina Yang Merupakan Program Wajib Militer Hengkang. Pada tahun 2024, berita mengenai Tentara Ukraina yang enggan bertempur melawan Rusia menimbulkan perhatian luas di kalangan internasional. Dan fenomena ini mencerminkan kompleksitas konflik yang telah berlangsung sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022. Bahkan penolakan sebagian tentara untuk bertempur dapat di hubungkan dengan beberapa faktor yang melibatkan kelelahan perang, kondisi moral, dan ketidakpastian tentang hasil konflik yang berkepanjangan.

Pertama, kelelahan perang memainkan peran signifikan. Hingga sejak 2022, Tentara Ukraina telah terlibat dalam pertempuran intens yang menyebabkan tekanan fisik dan psikologis yang luar biasa. Kemudian bertempur terus-menerus dalam kondisi berbahaya, di sertai dengan kehilangan rekan dan penderitaan sipil, telah menggerus semangat juang banyak prajurit. Lalu dampak psikologis, termasuk trauma dan stres pasca-trauma (PTSD). Bahkan menjadi semakin nyata, menyebabkan sebagian tentara merasa tak sanggup lagi melanjutkan pertempuran. Sehingga moral yang menurun juga menjadi faktor penting. Pada konflik yang berkepanjangan tanpa hasil yang jelas sering kali menimbulkan rasa putus asa di antara para prajurit. Maka harapan awal untuk mempertahankan kedaulatan dan meraih kemenangan telah tergeser oleh kenyataan pahit dari pertempuran yang tiada akhir. Selain itu, laporan tentang kurangnya dukungan logistik, keterbatasan sumber daya. Selanjutnya korupsi dalam pemerintahan Ukraina memperparah rasa frustrasi di kalangan tentara.

Lalu dinamika politik dan sosial di Ukraina juga mempengaruhi sikap tentara. Kemudian perpecahan di antara elit politik Ukraina mengenai strategi dan tujuan perang menyebabkan kebingungan di lapangan. Selain itu, opini publik yang terpecah mengenai konflik ini, dengan sebagian masyarakat yang mendukung perdamaian melalui negosiasi dan sebagian lainnya yang mendukung perlawanan total menciptakan ketidakpastian lebih lanjut di kalangan tentara tentang apa yang mereka perjuangkan. Keengganan tentara untuk bertempur juga memunculkan risiko bagi Ukraina dalam mempertahankan kedaulatannya.

Alasan Tentara AD Ukraina Mundur

Pada tahun 2024, laporan tentang Alasan Tentara AD Ukraina Mundur dari pertempuran melawan Rusia menjadi perhatian serius, baik di dalam negeri maupun di kalangan internasional. Ada beberapa alasan utama yang menjelaskan fenomena ini yang mencakup kelelahan perang, kerugian besar di medan perang, kekurangan sumber daya, dan masalah moral.

Di dalam kelelahan perang merupakan faktor signifikan. Setelah lebih dari dua tahun terlibat dalam konflik intens, banyak prajurit merasa terkuras baik secara fisik maupun mental. Bahkan pertempuran yang berlarut-larut tanpa jeda yang cukup untuk istirahat, telah menyebabkan kelelahan yang mendalam di kalangan tentara. Dan banyak dari mereka yang mengalami trauma dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD), yang semakin memperburuk kemampuan mereka untuk terus bertempur. Maka dari itu kerugian besar di medan perang juga menjadi alasan penting di balik mundurnya prajurit. Bahkan angkatan Darat Ukraina telah menderita kerugian yang signifikan dalam hal personel dan peralatan, yang mengakibatkan penurunan semangat juang. Melihat rekan-rekan mereka gugur atau terluka parah di medan perang, tanpa hasil yang jelas dalam jangka panjang. Kemudian menimbulkan perasaan putus asa di kalangan tentara. Lalu kekhawatiran tentang keselamatan pribadi dan ketidakpastian mengenai hasil konflik juga turut mendorong keputusan untuk mundur.

Dengan kekurangan sumber daya memperparah situasi. Seiring berjalannya waktu, Angkatan Darat Ukraina semakin kesulitan untuk mendapatkan pasokan senjata, amunisi, dan peralatan medis yang memadai. Pada dukungan logistik yang tidak konsisten dan sering kali tidak mencukupi menciptakan kondisi yang sulit bagi prajurit di garis depan, membuat mereka merasa ditinggalkan dan kurang didukung. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan mereka untuk bertahan di medan perang.

Perang Ukraina

Di dalam jenis bagian pada suatu Perang Ukraina, yang di mulai pada Februari 2022 merupakan salah satu konflik terbesar dan paling destruktif di Eropa sejak Perang Dunia II. Di picu oleh invasi militer Rusia ke Ukraina konflik ini telah menyebabkan kerusakan besar, krisis kemanusiaan, dan perubahan geopolitik yang signifikan di kawasan.

Latar belakang perang ini berkaitan dengan ketegangan yang telah berlangsung lama antara Rusia dan Ukraina, terutama setelah aneksasi Krimea oleh Rusia pada 2014 dan dukungan Rusia terhadap separatis di wilayah Donbas Ukraina timur. Pada awal 2022, Rusia mengerahkan pasukan dalam jumlah besar di perbatasan Ukraina. Dan kemudian melancarkan serangan besar-besaran dengan dalih “operasi militer khusus” untuk “demiliterisasi” dan “denazifikasi” Ukraina. Namun, tindakan ini dipandang oleh banyak pihak sebagai upaya Rusia untuk mengembalikan pengaruhnya atas bekas wilayah Soviet. Sehingga mencegah Ukraina semakin mendekat ke Barat, terutama Uni Eropa dan NATO.

Kemudian Ukraina, di bawah kepemimpinan Presiden Volodymyr Zelensky, dengan cepat menggalang perlawanan yang di dukung oleh bantuan militer dan keuangan dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan anggota NATO lainnya. Maka konflik ini segera berubah menjadi perang skala penuh, dengan Rusia melancarkan serangan di berbagai front dan Ukraina melakukan serangan balasan yang sengit.

Di dalam dampak dari perang ini sangat menghancurkan. Ratusan ribu orang, baik prajurit maupun warga sipil, telah tewas atau terluka. Jutaan orang dipaksa mengungsi, baik di dalam negeri maupun keluar dari Ukraina. Sehingga kota-kota besar seperti Mariupol, Bakhmut, dan Kharkiv mengalami kerusakan parah akibat serangan artileri dan udara. Lalu infrastruktur penting, termasuk jaringan energi dan transportasi, juga menjadi sasaran, menciptakan krisis kemanusiaan yang serius, terutama selama musim dingin. Secara geopolitik, perang ini telah memperkuat persatuan negara-negara Barat dalam mendukung Ukraina, tetapi juga meningkatkan ketegangan antara Rusia dan NATO, meningkatkan risiko konfrontasi yang lebih luas.

Kekuatan Militer Rusia

Oleh karena itu dengan suatu bentuk dari Kekuatan Militer Rusia merupakan salah satu yang terbesar dan paling canggih di dunia, dengan sejarah panjang sebagai kekuatan militer utama sejak era Uni Soviet. Dan angkatan Bersenjata Federasi Rusia mencakup berbagai cabang utama, termasuk Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara. Juga termasuk Pasukan Rudal Strategis, yang masing-masing memiliki kemampuan yang signifikan.

Maka Angkatan Darat Rusia (Sukhoputnye Voyska) adalah salah satu yang terbesar di dunia, dengan ratusan ribu personel aktif dan sejumlah besar kendaraan tempur, termasuk tank, kendaraan lapis baja, dan artileri. Bahkan Tank utama seperti T-72, T-80, dan T-90 telah di gunakan dalam berbagai konflik. Kemudian Rusia juga mengembangkan tank generasi terbaru, T-14 Armata, yang di kenal karena sistem pertahanannya yang canggih. Bahkan angkatan darat Rusia juga memiliki kekuatan artileri yang luar biasa, dengan sistem roket peluncur ganda (MLRS). Hingga seperti BM-30 Smerch dan Tornado-S yang mampu menghantam target dengan daya hancur tinggi.

Dan angkatan kaut Rusia (Voyenno-Morskoy Flot) memiliki peran strategis terutama dalam proyeksi kekuatan di kawasan Arktik, Laut Baltik, Laut Hitam, dan Mediterania. Dan armada ini mencakup kapal selam nuklir yang mampu meluncurkan rudal balistik antarbenua, seperti kelas Borei dan Typhoon yang merupakan bagian penting dari triad nuklir Rusia. Sehingga kapal penjelajah, kapal perusak, dan kapal frigat modern. Bahkan seperti Admiral Gorshkov juga menambah kemampuan Rusia dalam operasi angkatan laut global melawan Tentara Ukraina.