BeritaMedan24

Berita Hot & Viral Terbaru Hari Ini

News

Laos Jatuh Dalam Jerat Utang China

Laos Jatuh Dalam Jerat Utang China
Laos Jatuh Dalam Jerat Utang China

Laos Jatuh Dalam Jerat Utang China, Data Ekonomi Baru-Baru Ini Negara Tersebut Menghadapi Tumpukan Hutang Yang Lumayan Besar. Pada tahun 2024, Laos mengalami tekanan ekonomi yang signifikan akibat jerat utang yang semakin dalam kepada China. Sebab ini merupakan hasil dari proyek infrastruktur besar-besaran yang di danai oleh pinjaman dari China. Bahkan termasuk proyek kereta cepat Laos-China yang sangat ambisius. Sehingga proyek ini bertujuan untuk menghubungkan Vientiane, ibu kota Laos, dengan Kunming di provinsi Yunnan, China, sepanjang lebih dari 400 kilometer.

Dan proyek ini, meskipun membawa potensi besar untuk mempercepat pembangunan ekonomi Laos datang dengan biaya yang sangat tinggi. Bahkan nilai proyek ini di perkirakan mencapai 6 miliar dolar AS yang sebagian besar di biayai oleh pinjaman dari China. Bagi negara seperti tersebut yang memiliki produk domestik bruto (PDB) sekitar 20 miliar dolar AS, utang sebesar ini sangat membebani. Bahkan dengan ekonomi yang relatif kecil dan kurang berkembang menghadapi tantangan besar dalam membayar kembali pinjaman ini. Dalam ketergantungan pada ekspor sumber daya alam seperti tembaga dan emas tidak cukup untuk menutupi pembayaran utang yang besar. Selain itu pandemi COVID-19 juga memperburuk situasi ekonomi dengan mengurangi pendapatan. Tentunya dari sektor pariwisata yang sebelumnya merupakan salah satu sumber pendapatan utama negara.

Kemudian China, sebagai pemberi pinjaman utama memiliki leverage yang signifikan terhadap Laos. Lalu banyak pengamat internasional melihat situasi ini sebagai bagian dari strategi yang lebih luas dari China yang di kenal sebagai “Diplomasi Perangkap Utang”. Melalui inisiatif Belt and Road, China memberikan pinjaman besar untuk proyek infrastruktur di negara-negara berkembang. Sehingga sering kali tidak mampu membayar kembali utang tersebut. Maka akibatnya, negara-negara tersebut terpaksa memberikan konsesi yang menguntungkan China, seperti hak pengelolaan atas infrastruktur penting atau akses eksklusif ke sumber daya alam. Di negara itu dampak dari jerat utang ini sudah mulai terlihat.

Hutang Laos Terhadap China

Pada tahun 2024, Laos menghadapi situasi ekonomi yang kritis akibat utang besar yang di miliki terhadap China. Sebagai utang ini sebagian besar berasal dari proyek-proyek infrastruktur besar yang di danai oleh pinjaman dari China terutama melalui inisiatif Belt and Road (BRI). Salah satu proyek Hutang Laos Terhadap China adalah jalur kereta cepat Laos-China. Bahkan juga menghubungkan Vientiane, ibu kota Laos, dengan Kunming di provinsi Yunnan, China. Dalam proyek ini bernilai sekitar 6 miliar dolar AS yang sebagian besar dibiayai oleh pinjaman dari China.

Kemudian proyek kereta cepat ini bertujuan untuk meningkatkan konektivitas dan mempercepat pembangunan ekonomi di Laos. Namun bagi negara dengan produk domestik bruto (PDB) sekitar 20 miliar dolar AS, utang sebesar ini sangat membebani. Sehingga pembiayaan proyek infrastruktur besar dengan utang luar negeri telah menempatkan negara itu. Bahkan dalam posisi yang rentan, terutama karena pendapatan negara tidak cukup untuk menutupi pembayaran utang yang besar. Sehingga Laos, yang ekonominya bergantung pada ekspor sumber daya alam seperti tembaga dan emas. Dan tidak mampu menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membayar kembali utang tersebut, terutama ketika harga komoditas global tidak stabil. Selain itu pandemi COVID-19 memperburuk situasi ekonomi dengan mengurangi pendapatan dari sektor pariwisata. Lalu sebelumnya merupakan salah satu sumber pendapatan utama negara.

Bahkan china, sebagai kreditor utama, memiliki pengaruh besar terhadap Laos. Kemudian banyak pengamat internasional melihat ini sebagai bagian dari strategi “Diplomasi Perangkap Utang” China, di mana negara-negara berkembang di berikan pinjaman besar untuk proyek infrastruktur yang sering kali sulit di bayar kembali.

Proyek Belt And Road

Oleh karena itu dengan inisiatif Proyek Belt and Road (BRI) adalah proyek ambisius yang di luncurkan oleh pemerintah China pada tahun 2013. Sehingga bertujuan untuk meningkatkan konektivitas dan kerja sama antar negara melalui pembangunan infrastruktur, BRI mencakup pembangunan jalur kereta api, jalan raya, pelabuhan, lalu proyek energi di seluruh Asia, Afrika, dan Eropa.

Maka proyek ini terinspirasi oleh Jalur Sutra kuno yang menghubungkan China dengan Eropa melalui Asia Tengah menciptakan rute perdagangan yang vital. Dan BRI terdiri dari dua komponen utama Jalur Sutra Ekonomi darat (Silk Road Economic Belt) dan Jalur Sutra Maritim abad ke-21 (21st Century Maritime Silk Road). Kemudian BRI bertujuan untuk membangun jaringan transportasi yang efisien, menghubungkan negara-negara peserta dengan China dan antar satu sama lain. Hal ini mencakup pembangunan rel kereta, jalan raya, pelabuhan, dan bandara. Dalam melalui peningkatan konektivitas, BRI berusaha untuk mendorong perdagangan internasional dan investasi yang di harapkan. Kemudian juga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di negara-negara peserta.

Sehingga BRI juga mencakup pembangunan proyek-proyek energi, seperti pipa gas dan minyak, serta pembangkit listrik untuk meningkatkan keamanan energi. Dan bahkan juga termasuk dengan diversifikasi sumber energi di kawasan. Maka banyak negara peserta menerima pinjaman besar dari China untuk membiayai proyek-proyek BRI. Dalam beberapa kasus, negara-negara ini mengalami kesulitan untuk membayar kembali utang tersebut yang memicu kekhawatiran tentang di plomasi perangkap utang. Misalnya, Sri Lanka terpaksa menyewakan Pelabuhan Hambantota kepada China selama 99 tahun karena kesulitan membayar utang. Lalu di mana tentunya ada kekhawatiran mengenai transparansi dan tata kelola proyek BRI. Berikutnya beberapa proyek dikritik karena kurangnya keterbukaan dalam proses tender dan pelaksanaan, serta potensi korupsi.

Jerat Hutang

Kemudian dengan ini melalui pada Jerat Utang, atau “debt trap,” adalah situasi di mana suatu negara atau individu berutang begitu besar sehingga tidak mampu melunasi utangnya tanpa meminjam lebih banyak uang. Hal ini menciptakan lingkaran setan di mana semakin banyak utang yang di ambil semakin sulit untuk melunasinya. Sehingga mengakibatkan ketergantungan pada pemberi pinjaman. Bahkan di dalam Jerat utang bisa terjadi pada level individu, korporasi, maupun negara.

Maka Jerat Utang pada level negara di tingkat negara, jerat utang sering kali terjadi ketika pemerintah meminjam uang dalam jumlah besar untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur atau menutupi defisit anggaran. Meskipun utang dapat di gunakan untuk tujuan produktif seperti membangun infrastruktur yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Dan masalah muncul ketika utang tersebut tidak di kelola dengan baik atau digunakan untuk proyek yang tidak memberikan pengembalian ekonomi yang memadai.

Bahkan faktor penyebab banyak negara berkembang meminjam uang untuk membiayai proyek infrastruktur besar, seperti jalan raya, pelabuhan, dan rel kereta api. Kemudian jika proyek-proyek ini tidak memberikan pengembalian yang di harapkan negara tersebut mungkin kesulitan untuk membayar kembali utangnya. Sehingga fluktuasi harga komoditas, krisis ekonomi global atau bencana alam dapat mengurangi pendapatan negara dan membuatnya sulit untuk memenuhi kewajiban utangnya. Namun beberapa pemberi pinjaman, seperti lembaga keuangan internasional atau negara-negara lain dapat memberikan pinjaman dengan syarat yang berat termasuk suku bunga tinggi atau persyaratan yang sulit di penuhi Laos.