
Topan Ragasa Muncul Sebagai Salah Satu Badai Tropis Paling Dahsyat Yang Menerjang Wilayah Asia Pada Tahun 2025. Ragasa terbentuk di perairan barat Samudra Pasifik dan perlahan bergerak melewati Filipina, Taiwan, lalu menghantam daratan selatan China dan kawasan Hong Kong.
Saat berada di Filipina utara, Ragasa menghasilkan kecepatan angin sangat tinggi — diperkirakan mencapai sekitar 270 km/jam di pusat badai. Angin kencang itu menjadikan Ragasa sebagai salah satu topan paling kuat di tahun 2025. Dalam perjalanannya ke Taiwan dan China, badai ini melemah sedikit, tetapi masih menyimpan kekuatan signifikan.
Dampak dari Topan Ragasa sangat masif dan merata. Di Taiwan, hujan lebat dan banjir akibat luapan danau terjadi di wilayah Hualien, memicu tanah longsor dan menghantam kota Guangfu. Sedikitnya 14 orang tewas dan 124 orang di laporkan hilang akibat kejadian tersebut. Beberapa laporan lokal menyebut angka korban bisa lebih tinggi setelah kondisi lapangan di evaluasi. Selain itu, Taiwan juga mengalami kerusakan infrastruktur, rumah-rumah yang terendam, dan gangguan dalam layanan dasar.
Di China daratan, otoritas setempat antisipatif. Sekolah, pusat bisnis, dan kantor di sekitar 10 kota di perintahkan tutup menjelang kedatangan badai. Di Shenzhen, sekitar 400.000 warga di evakuasi dari wilayah pesisir. Banyak daerah pesisir Guangdong mengeluarkan peringatan gelombang tinggi, hujan ekstrem, dan potensi kerusakan besar. Di Hong Kong, pemerintah menetapkan penutupan sekolah, kantor, dan penangguhan penerbangan sambil mempersiapkan tindakan mitigasi.
Meskipun topan ini sangat kuat, BMKG menyatakan bahwa Topan Ragasa tidak akan langsung melanda Indonesia. Namun, mereka memperingatkan adanya pengaruh tidak langsung seperti hujan lebat di sebagian wilayah, terutama di bagian timur atau wilayah yang dekat zona konvergensi.
Fenomena Topan Ragasa menjadi pengingat nyata bahwa perubahan iklim dan suhu laut meningkat dapat memperkuat siklon tropis. Badai seperti ini menuntut kesiagaan pemerintah daerah, infrastruktur tahan bencana. Serta sistem evakuasi dan kesadaran masyarakat yang tangguh.
Penyebab Topan Ragasa
Berikut penjelasan singkat tentang Penyebab Topan Ragasa:
- Terbentuk dari sistem tekanan rendah di Samudra Pasifik
Topan Ragasa awalnya terbentuk di perairan barat Pasifik yang hangat. Di sana muncul sistem tekanan rendah yang kemudian berkembang menjadi badai tropis. Suhu permukaan laut yang tinggi (di atas 26–27°C) menjadi “bahan bakar” bagi pembentukan awan konvektif raksasa.
- Kelembapan udara tinggi & gangguan atmosfer
Daerah sekitar memiliki kelembapan tinggi di lapisan troposfer, sehingga udara panas yang naik ke atas menghasilkan awan cumulonimbus yang terus membesar. Adanya gangguan atmosfer seperti gelombang tropis atau pusaran monsun memperkuat sirkulasi badai.
- Pemanasan laut dan perubahan iklim
Badan meteorologi Filipina dan Taiwan menyebutkan bahwa musim panas tahun ini menyebabkan suhu permukaan laut di Pasifik Barat lebih hangat dari rata-rata. Air laut yang lebih hangat menyuplai lebih banyak uap air dan energi sehingga topan Ragasa berkembang cepat menjadi super typhoon.
- Sedikit hambatan geser angin (wind shear)
Saat Ragasa terbentuk, angin di lapisan atas atmosfer relatif stabil. Geseran angin yang kecil membuat inti badai tidak terganggu sehingga intensitasnya cepat meningkat hingga kecepatan angin maksimum sekitar 270 km/jam.
- Jalur “tradisional” topan Pasifik Barat
Secara geografis, Pasifik Barat memang jalur terbentuknya topan besar karena luas laut hangatnya sangat besar dan dekat daerah konvergensi antara angin pasat timur laut dan tenggara. Kondisi ini membuat badai tropis di sana sering berkembang menjadi kategori super typhoon.
Jadi, Topan Ragasa bukan muncul tiba-tiba, tetapi hasil kombinasi faktor alam — laut hangat, kelembapan tinggi, pusaran monsun, dan minimnya wind shear. Yang membuatnya tumbuh cepat dan menjadi salah satu topan terkuat di Asia tahun ini.
Dampak Utama Topan Ini Berdasarkan Laporan Media Internasional Dan Badan Meteorologi
Berikut penjelasan Dampak Utama Topan Ini Berdasarkan Laporan Media Internasional Dan Badan Meteorologi:
- Korban Jiwa dan Hilang
Di Taiwan, Topan Ragasa menimbulkan korban yang cukup besar. Laporan terbaru menyebut sedikitnya 14 orang meninggal dan lebih dari 120 orang di laporkan hilang setelah banjir bandang dan tanah longsor menerjang daerah Hualien dan kota-kota di sekitarnya. Di Filipina utara, badai juga menewaskan beberapa orang meski datanya masih diverifikasi.
- Kerusakan Infrastruktur
Badai ini merusak rumah, jalan, dan jembatan. Di Taiwan, sejumlah jembatan runtuh, akses jalan terputus, serta sistem listrik dan komunikasi lumpuh di banyak wilayah. Di China daratan, sebelum badai mendarat, pemerintah menutup sekolah, bisnis, dan kantor di sekitar 10 kota, serta memindahkan ratusan ribu warga dari pesisir Guangdong.
- Gangguan Transportasi dan Ekonomi
Bandara di kota-kota besar seperti Shenzhen, Xiamen, dan Hong Kong membatalkan ratusan penerbangan. Jalur kereta cepat di tutup sementara. Pelabuhan-pelabuhan utama juga menghentikan operasional. Dampak ini menyebabkan keterlambatan distribusi logistik dan kerugian ekonomi signifikan di sektor perdagangan.
- Banjir dan Longsor
Hujan lebat yang di bawa Ragasa memicu banjir besar, meluapkan sungai-sungai kecil hingga merendam pemukiman. Di daerah pegunungan Taiwan, curah hujan ekstrem mengakibatkan tanah longsor yang menghantam rumah penduduk dan fasilitas umum.
- Dampak Tidak Langsung bagi Indonesia
BMKG menyebut Topan Ragasa tidak akan langsung melanda Indonesia, tetapi efek tidak langsung seperti gelombang tinggi dan hujan lebat di beberapa perairan timur Indonesia tetap perlu di waspadai, terutama bagi aktivitas pelayaran dan nelayan.
Secara keseluruhan, Topan Ragasa menunjukkan bagaimana badai super tropis bisa memukul sistem sosial-ekonomi sebuah negara: menelan korban jiwa, mengganggu aktivitas ekonomi, merusak infrastruktur, dan memaksa pemerintah melakukan evakuasi besar-besaran untuk melindungi warganya.
Respon BMKG Terkait Topan (Siklon Tropis) Ragasa
Berikut rangkuman Respon BMKG Terkait Topan (Siklon Tropis) Ragasa berdasarkan laporan media dan pernyataan resmi:
BMKG menyatakan bahwa Topan Ragasa tidak akan langsung melanda Indonesia, karena jalurnya berada jauh di Laut Filipina dan cenderung bergerak menjauhi wilayah Indonesia. Namun, meskipun tidak langsung melintas, BMKG mewaspadai dampak tidak langsung yang dapat di rasakan oleh Indonesia akibat pengaruh sirkulasi atmosfer dan sistem cuaca terkait Ragasa.
Beberapa langkah dan himbauan yang di sampaikan BMKG antara lain:
- BMKG memprakirakan adanya potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di sejumlah wilayah Indonesia sebagai akibat dari pengaruh Ragasa dan bibit siklon tropis lain. Wilayah yang disebut berisiko antara lain Kalimantan (Utara, Timur, Barat), Maluku Utara, dan Papua.
- BMKG juga memperingatkan gelombang tinggi di perairan Indonesia. Di antaranya laut Natuna, laut Maluku, laut Banda, serta Samudra Pasifik utara Papua. Nelayan dan pengguna laut diimbau waspada terhadap kondisi laut yang berbahaya.
- BMKG menyampaikan bahwa intensitas Ragasa di perkirakan melemah dan pergerakannya menuju barat-barat laut, menjauhi Indonesia.
- Selain itu, BMKG mengimbau masyarakat agar memantau informasi cuaca resmi, menjaga saluran drainase agar tidak tersumbat. Serta berhati-hati terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, genangan, dan longsor terutama di daerah rawan.
- Di wilayah Aceh, BMKG menyebut bahwa pengaruh Ragasa juga sudah mulai di rasakan berupa hujan ringan hingga sedang di beberapa bagian. Seperti pantai barat daya dan selatan Aceh akibat pengaruh sistem di Laut Cina Selatan. Itulah tadi beberapa ulasan mengenai Topan Ragasa.